Seperti yang dikutip dari About, penelitian menunjukan bahwa tahun pertama dan kedua usia pernikahan dapat menghancurkan pernikahan.
Penelitian yang bertajuk 'The Connubial Crucible: Newlywed Years as Predictors of Marital Delight, Distress, and Divorce' itu dilakukan oleh Ted L. Huston, John P. Caughlin, Renate M. Houts, Shanna E. Smith, Laura J. George, dan dipublikasikan dalam jurnal 'The Journal of Personality and Social Psychology'.
"Penelitian ini menunjukkan kehidupan pada tahun kedua bagi pasangan yang baru menikah dapat mencerminkan kehidupan pernikahan mereka pada 13 tahun mendatang. Mereka yang sulit atasi perubahan rasa cinta, kasih sayang dan keyakinan lebih mungkin bercerai ketimbang mereka yang stabil," ujar Dr Huston dari University of Texas di Austin.
Kesimpulan itu juga diperkuat denga riset dilakukan oleh Deakin University's Australian Centre yang mengukur kebahagiaan 2.000 orang dalam skala 0-100. Dari penelitian itu terungkap, orang yang usia pernikahannya kurang dari setahun ternyata tidak lebih bahagia ketimbang mereka yang sudah menikah lebih lama.
Orang-orang yang usia pernikahannya kurang dari setahun skor indeks kebahagaiannya adalah 73,9. Skor tersebut nyaris mendekati batas bawah skor normal yaitu antara 73,8-76,7. Para peneliti menduga ketidakbahagiaan pasangan pengantin baru ini terjadi karena stres saat harus membayar biaya pernikahan dan membeli rumah baru.
Pemimpin penelitian dari Deakin University, Dr Melissa Weinberg melihat adanya wedding hangover pada pasangan pengantin baru. "Pasangan merasa hari pernikahan mereka adalah hari terbaik dalam hidup dan kemudian menemukan kenyataan yang sebenarnya setelah pesta berakhir dengan adanya tagihan dan harus kembali bekerja setelah masa bulan madu berakhir," tutur Weinberg.
Lalu, hal-hal saja yang membuat pasangan menikah merasa tak bahagia di tahun pertamanya?
1. Masalah Peran
Banyak pasangan yang tidak mendiskusikan bahkan menganggap remeh tentang peran mereka dalam kehidupan rumah tangga dan pernikahan. Mereka tak mengetahui bahwa peran dalam rumah tangga bisa menjadi masalah besar sampai akhirnya terjadi konflik. Anda dan pasangan mulai menanyakan, "Siapa yang bertanggung jawab atas pekerjaan rumah? Bagaimana membaginya? Siapa yang membayar tagihan telepon?". Berasumsi bahwa pasangan akan mengurus semua hal tersebut hanya akan membuat masalah menjadi lebih besar di kemudian hari.
2. Masalah Peraturan
Setiap pasangan akan menciptakan aturan keluarga dengan membawa latar belakang masing-masing. Tak jarang ada beberapa nilai yang bertolak belakang di antara keduanya. Hal itu seringkali menjadi perseteruan. Nilai mana yang akan dipakai dalam sebuah rumah tangga dapat menjadi bahan pertengkaran.
Sebaiknya bicarakan hal ini dengan baik. Setiap nilai pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Ajak suami untuk membuat daftar kekurangan dan kelebihan masing-masing nilai. Selanjutnya, Anda berdua lebih mudah menentukan mana yang terbaik.
3. Masalah Keuangan
Uang merupakan penyebab pertikaian terbesar dalam rumah tangga. Membahas proritas keuangan dan membuat perencanaan dapat bantu mengurangi masalah ini. Pikirkan mengenai anggaran tiap bulannya, tabungan, tunjangan kesehatan, investasi untuk pendidikan anak serta cara menghadapi pasangan ketika ia ingin membeli sesuatu yang tidak bisa Anda setujui.
4. Masalah Seks
Setelah uang, masalah yang paling umum lainnya adalah seks. Bagi pasangan yang baru menikah, masa-masa bulan madu terlewatkan dengan begitu cepat dan membuat pasangan harus menghadapi tekanan dari kehidupan sehari-hari yang dapat menganggu hasrat seksual. Oleh karena itu, bersikap terbuka dan mendiskusikan mengenai apa yang diinginkan baik oleh Anda maupun pasangan dalah hal seks. Ketika kehidupan seks Anda bahagia, makan kehidupan rumah tangga Anda juga akan bahagia.
5. Masalah Anak
Sebagian besar pasangan biasanya telah membicarakan mengenai keinginan punya anak atau tidak sebelum mereka menikah. Namun, apakah benar-benar tahu bahwa pasangan Anda benar-benar menginginkan hal itu? Berapa banyak anak yang akan dimiliki? Berapa lama waktu untuk menunda kehamilan? Apakah pasangan harus mengorbankan karir untuk membesarkan anak? Ingat, masalah anak tak hanya terletak pada ingin atau tidaknya Anda dan pasangan memiliki keturunan.
6. Masalah Mertua
Survei yang diikuti 2.000 orang menemukan kalau mertua khususnya sang ibu mertua menjadi salah satu penyebab konflik utama pada pasangan Inggris. Tentu pemicunya bermacam-macam, mulai dari campur tangan pada masalah rumah tangga sampai ketidak cocokan sifat dengan sang mertua. Pada tahun pertama pernikahan jika hal ituterjadi, yang perlu dikukan adalah tetap tenang dan membahasnya dengan pasangan Anda.
7. Masalah Kebiasaan
Sebelum menikah, Anda dan pasangan merasa sudah saling memahami kebaikan dan keburukan masing-masing. Yakin? Karena setelah menikah, Anda bisa saja menemukan banyak hal baru dari pasangan. Kebiasaan pasangan ini bisa jadi membuat Anda sangat sebal dan ingin mengomelinya. Misalnya saja bagaimana dia begitu sering menaruh pakaian kotor sembarangan, menaruh botol minuman yang sudah kosong di dalam kulkas, dan lain-lain.
Sumber : wolipop[.]com
0 komentar:
Post a Comment
Komentar, Kritik dan Saran Anda